Komodo, Daya Tarik Wisatawan dan Satwa Langka yang Dilindungi di Flores

 

Keberadaan satwa langka di dunia yang dimiliki Indonesia ini telah mendatangkan banyak kunjungan wisatawan maupun peneliti dari berbagai negara.

INDEPHEDIA.com - Secara alami, komodo hidup menyebar di kawasan Taman Nasional Komodo dan daratan Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Keberadaan satwa langka di dunia yang dimiliki Indonesia ini telah mendatangkan banyak kunjungan wisatawan maupun peneliti dari berbagai negara.

Berdasarkan hasil monitoring di kawasan taman nasional tersebut, habitat komodo diperkirakan terdapat 2.897 individu, tersebar di lima pulau besar.

Kelima pulau itu, yakni Pulau Komodo (1.727 individu), Pulau Rinca (1.049), Pulau Padat (6), Pulau Gilimontang (58), dan Pulau Nusa Kode (57).

Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan "camera trap" yang dilakukan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT di daratan Flores, terdapat 4-14 individu komodo di Cagar Alam Wae Wuul.

Kemudian, 2-6 individu di Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau di Pulau Ontoloe, 6 individu di Hutan Lindung Pota dan 11 individu di Pulau Longos.

Komodo merupakan spesies terbesar dari familia Varanidae, sekaligus kadal terbesar di dunia. 

Komodo pemangsa puncak di habitatnya karena sejauh ini tidak diketahui adanya hewan karnivora besar lain selain biawak ini di sebaran geografisnya.

Reputasi dan tubuhnya yang besar membuat mereka menjadi salah satu hewan paling terkenal di dunia. 

Sekarang, habitat komodo telah menyusut akibat aktivitas manusia, sehingga Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.

Pertanian berpindah salah satu ancaman kepunahan biawak komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa langka yang dilindungi di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Teknik pertanian berpindah slash and burn yang banyak dilakukan masyarakat di Flores bertujuan menumbuhkan pucuk tanaman baru. 

Saat itu, yang terjadi, rusa lebih banyak terlihat sehingga mudah diburu masyarakat. Hal itu yang menjadi sumber konflik antara manusia dengan komodo. 

Perebutan makanan terjadi di seluruh bagian pulau yang menjadi habitat hidupnya, yakni padang sabana dan pesisir pantai. (SBB.IN/*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top