Bulan Bahasa Bali, 1.000 Siswa Ikuti Festival Nyurat Lontar Massal

 

Kami tidak ingin anak-anak muda sekarang bahasanya `hallo bro, ngapain lu, gue ini`. Ini kan menjauh dari akar budaya sesungguhnya, seloroh Astawa.

BALI, INDEPHEDIA.com - Dalam rangkaian agenda kegiatan Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019, sekitar 1.000 siswa-siswi SMP, SMA, dan mahasiswa dari berbagai daerah di Pulau Dewata mengikuti Festival Nyurat Lontar Massal.

"Sejumlah kegiatan lomba di kabupaten/kota akan dilanjutkan setelah pembukaan ini, seperti mesatua Bali, nyurat aksara Bali, postingan berbahasa Bali dan sebagainya," ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Putu Astawa, di sela-sela Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019, di Denpasar, Jumat (2/1/2019).



Ia menjeskan, para siswa, mahasiswa, dan perwakilan penyuluh bahasa Bali yang nyurat  lontar itu, menuliskan guratan aksara Bali di atas daun lontar yang sudah disediakan panitia dengan menggunakan pisau khusus yang disebut dengan pengrupak.

Para peserta juga kompak nyurat lontar dengan mengenakan pakaian adat Bali, mereka duduk berjejer dengan rapi di lantai bawah Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.

Sengaja dipilihnya kegiatan nyurat lontar dalam Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019 karena keaslian sastra Bali sesungguhnya  berasal dari lontar-lontar sehingga pihaknya ingin kembali merevitalisasi keberadaannya.

"Banyak sekali kearifan lokal yang bisa diperoleh dari lontar, sehingga jangan sampai hal itu punah dan generasi muda pun harus tahu warisan budayanya," tutur Putu Astawa, yang juga Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali itu.

Terkait pelaksanaan Bulan Bahasa Bali 2019 ini, pihaknya sangat berharap agar masyarakat Bali betul-betul memiliki ciri ke-Bali-annya yang akarnya dari budaya. Budaya sendiri mencakup tradisi, adat, termasuk bahasa, aksara dan sastra Bali.

"Kami tidak ingin anak-anak muda sekarang bahasanya `hallo bro, ngapain lu, gue ini`. Ini kan menjauh dari akar budaya sesungguhnya," seloroh Astawa.

Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali sekaligus merupakan amanat dari Pergub Bali No 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali dan turunan Perda No 1 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.

Hal itu, menurutnya, sejalan pula dengan komitmen Gubernur Bali Wayan Koster yang fokus memperhatikan alam, manusia dan budaya Bali selama masa kepemimpinannya. "Jadi, mulai sekarang membangun Bali era baru, di tengah derasnya arus globalisasi," kata Astawa.

Terkait dengan lomba-lomba serangkaian Bulan Bahasa Bali yang dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota, jelas dia, nanti para juaranya akan maju ke lomba tingkat provinsi pada 24-28 Februari mendatang di Provinsi Bali. (***)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top