Kesultanan Pajang, Kerajaan Islam di Jawa Tengah

 
Sumber Foto: Histori.id

INDEPHEDIA.com - Kerajaan Pajang merupakan kerajaaan Islam yang ada di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sekarang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. 

Kerajaan atau Kesultanan Pajang di Jawa Tengah ini disebut juga sebagai kelanjutan Kesultanan Demak. 

Dari perkembangannya, Kerajaan Pajang mestinya sudah muncul sebelum runtuhnya Kerajaan Majapahit. 

Karena Majapahit masih berkuasa, kerajaan ini belum begitu diperhatikan dan namanya tak sebesar Majapahit. 

Pada abad ke-14, Pajang sudah disebut dalam kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa bagian barat. 

Antara abad ke-11 dan 14 Masehi, di Jawa Tengah bagian selatan tidak ada kerajaan tetapi wilayah Majapahit sampai ke sana. 

Asal-usul Berdirinya Kerajaan Pajang

Berdasar naskah-naskah babad, bahwa negeri Pengging disebut sebagai cikal bakal Pajang. Bahkan, nama negeri Pajang telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. 

Cerita Rakyat yang melegenda menyebut bahwa Pengging sebagai kerajaan kuno yang pernah dipimpin Prabu Anglingdriya.

Prabu Anglingdriya musuh bebuyutan Prabu Baka raja Prambanan. Kisah ini dilanjutkan dengan dongeng berdirinya Candi Prambanan. 

Ketika Majapahit dipimpin oleh Brawijaya (raja terakhir versi naskah babad), bahwa nama Pengging muncul kembali. 

Dikisahkan, putri Brawijaya yang bernama Retno Ayu Pembayun diculik Menak Daliputih raja Blambangan putra Menak Jingga. 

Dalam kisah ini muncul seorang pahlawan bernama Jaka Sengara yang berhasil merebut sang putri dan membunuh penculiknya.

Atas jasanya itu, kemudian Jaka Sengara diangkat oleh Brawijaya sebagai bupati Pengging dan dinikahkan dengan Retno Ayu Pembayun. Jaka Sengara kemudian bergelar Andayaningrat.

Menurut naskah babad, Andayaningrat gugur di tangan Sunan Ngudung saat terjadinya perang antara Majapahit dan Demak. 

Ia digantikan putranya bernama Raden Kebo Kenanga, bergelar Ki Ageng Pengging. Sejak saat itu Pengging menjadi daerah bawahan Kerajaan Demak.

Beberapa tahun kemudian Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memberontak terhadap Demak. 

Berbeda dengan Ki Ageng Pengging, putranya yang bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru mengabdi ke Demak.

Prestasi Jaka Tingkir yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai menantu Trenggana, dan menjadi bupati Pajang bergelar Hadiwijaya. 

Wilayah Pajang saat itu meliputi daerah Pengging (sekarang kira-kira mencakup Boyolali dan Klaten), Tingkir (daerah Salatiga), Butuh, dan sekitarnya.

Sepeninggal Trenggana tahun 1546, selanjutnya Sunan Prawoto naik tahta. Namun, Sultan Prawoto kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang tahun 1547. 

Setelah itu, Arya Penangsang juga sempat berusaha untuk membunuh Hadiwijaya namun usahanya tersebut gagal.

Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. 

Hadiwijaya atau yang lebih dikenal Jaka Tingkir selanjutnya dapat merebut takhta Demak dan mendirikan Kerajaan Pajang.

Runtuhnya Kerajaan Pajang

Sepeninggal Hadiwijaya, terjadilah persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. 

Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583. Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram. 

Kehidupan rakyat Pajang terabaikan akibat kemelut tersebut. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang merasa prihatin.

Pada tahun 1586, Pangeran Benawa yang berada di Jipang bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. 

Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Hadiwijaya, tetapi Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.

Perang antara Kerajaan Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. 

Ia dikembalikan ke negeri asalnya, yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga.

Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. 

Sementara, yang menjabat sebagai bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning atau adik Sutawijaya.

Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati.

Kemunculan hingga keruntuhan Kerajaan Pajang meninggalkan jejak-jejak sejarah, salah satunya berupa bangunan. 

Saat ini, kompleks keraton kerajaan ini tinggal tersisa berupa batas-batas fondasinya saja yang berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Provinsi Jawa Timur sekarang. (IND/AS/*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top