Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Kediri

 
Candi Penataran, peninggalan Kerajaan Kediri. (Sumber Foto: Pemkab Blitar)

INDEPHEDIA.com - Kerajaan Kediri salah satu kerajaan besar bercorak Hindu yang terdapat di Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Kerajaan Kediri atau Kadiri atau Daha yang didirikan wangsa Isyana ini juga biasa disebut Kerajaan Panjalu.

Keberadaan Kerajaan Kediri di Jawa Timur ini diketahui dari temuan situs, prasasti-prasasti dan sejumlah peninggalan sejarah Kerajaan Kediri.

Selain itu, keberadaan Kerajaan Kediri ini juga diterangkan kronik China Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua dan buku Ling Wai Tai Ta karangan Chu Ik Fei (1178). 

Dalam kronik Tiongkok berjudul Ling Wai Tai Ta, nama Panjalu dikenal sebagai Pu-chia-lung.

Sejarah Berdiri Kerajaan Kediri

Berdirinya Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu tidak terlepas dari peran Raja Airlangga yang membagi kerajaannya menjadi dua wilayah di akhir November tahun 1042.

Kedua wilayah kerajaan yang dibagi dua itu dikenal sebagai Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri).

Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya untuk menghindari pertikaian karena kedua putranya bersaing memperebutkan tahta. 

Putranya bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yakni Daha atau Dahanapura, yang berarti kota api.

Sementara, putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.

Pembagian kerajaan yang dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas tersebut dilakukan seorang brahmana bernama Empu Bharada. 

Dalam Kakawin Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu dengan pusat pemerintahannya di Daha. 

Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mengalami puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Jayabaya (1135-1159 M). 

Peninggalan karya sastra dari Kerajaan Kediri yang terkenal, salah satunya Serat Pranitiwakya dan lainnya yang berisi ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya (Jongko Joyoboyo).

Kekuasaan Kerajaan Kediri atau Panjalu di Jawa sepanjang abad ke-11 dan 13 Masehi bersama dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. 

Semasanya, daerah kekuasaan kerajaan ini meluas hingga ke beberapa pulau di nusantara, bahkan disebut mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya. 

Kerajaan Kediri berkembang menjadi kerajaan agraris dengan hasil pertanian di sekitar Sungai Brantas. 

Selain bercocok tanam, mereka juga melakukan perdagangan emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang serta berperan dalam perdagangan di Asia.

Kerajaan Kediri memiliki hubungan perdagangan dengan Tiongkok dan dalam batas tertentu dengan India. 

Hal ini berdasarkan keterangan kronik China dan literatur Jawa yang diilhami mitologi, kepercayaan dan epos Hindu dari India.

Keruntuhan Kerajaan Kediri

Dalam Pararaton dan Nagarakretagama, Kerajaan Kediri-Panjalu runtuh di masa pemerintahan Kertajaya yang berkuasa dari tahun 1194-1422.

Keruntuhan kerajaan ini bermula dari perselisihan Kertajaya dengan kaum brahmana pada tahun 1222. 

Karena perselisihan itu, para Brahmana kemudian meminta perlindungan kepada Ken Arok akuwu Tumapel. 

Gayung bersambut, Ken Arok memang bercita-cita memerdekakan Tumapel yang ketika itu daerah bawahan Kerajaan Kediri.

Dalam peperangan yang terjadi dekat Desa Ganter (Genter) antara Kediri dan Tumapel, pasukan Ken Arok berhasil mengalahkan pasukan Kertajaya. 

Kekalahan Kertajaya oleh Ken Arok menandai runtuhnya Kerajaan Kediri yang kemudian menjadi kekuasaan Tumapel atau Kerajaan Singasari. 

Nama Raja-raja Kerajaan Kediri

Maharaja Sri Samarawijaya
Sri Jitendrakara Parakrama Bakta 
Maharaja Sri Bameswara
Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya 
Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara 
Sri Maharaja Rakai Hino Sri Aryeswara 
Sri Maharaja Mapanji Kamesywara 
Sri Maharaja Crengga/Kertajaya

Peninggalan Kerajaan Kediri

Berikut beberapa peninggalan Kerajaan Kediri, berupa situs, candi, kitab dan prasasti.

Situs Tondowongso
Candi Penataran 
Candi Tondowongso 
Candi Gurah
Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh 
Kitab Kresnayana karangan Mpu Tanakung 
Kitab Smaradahana karangan Mpu Monaguna 
Kitab Lubdaka karangan Mpu Tanakung
Prasasti Mataji
Prasasti Pandlegan I
Prasasti Panumbangan
Prasasti Tangkilan
Prasasti Besole
Prasasti Bameswara
Prasasti Karanggayam
Prasasti Geneng
Prasasti Pagiliran
Prasasti Hantang
Prasasti Jepun Prasasti Talan
Prasasti Padlegan II
Prasasti Kahyunan
Prasasti Waleri 
Prasasti Angin
Prasasti Jaring
Prasasti Semanding 
Prasasti Ceker
Prasasti Sapu AnginPrasasti Galunggung
Prasasti Kamulan
Prasasti Palah
Prasasti Biri
Prasasti Lawadan

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top