Empat Fauna Langka Khas Pulau Sumatera

 
Sumber Foto: Canva

INDEPHEDIA.com - Pulau Sumatera yang dikenal pula dengan nama lain Pulau Percha, Andalas dan Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti Pulau Emas) adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km². 

Di Pulau Sumatera hidup beragam fauna yang beberapa di antaranya langka dan dilindungi karena terancam kepunahan. 

Di habitatnya berbagai fauna ini, antara lain ditemukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Way Kambas hingga terkadang tempat lainnya yang tidak terlindungi.

INDEPHEDIA.com mencatat sedikitnya ada 4 spesies fauna langka khas Sumatera yang dilindungi keberadaannya. 

Keempat fauna itu, yakni Orangutan Sumatera (Pongo abelli), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus).

Orangutan Sumatera

Sumber Foto: Yayasan Gibbon Indonesia

Orangutan Sumatera (Pongo abelli) adalah spesies orangutan terlangka. Dibandingkan dengan Orangutan Kalimantan, tubuh endemik di Sumatera ini ukurannya lebih kecil.

Orangutan Sumatera memiliki tinggi sekitar 4,6 kaki dan berat 200 pon. Hewan betina berukuran lebih kecil, dengan tinggi sekitar 3 kaki dan berat 100 pon.

Di alam, Melansir Wikipedia, Orangutan Sumatera bertahan di Provinsi Aceh (NAD), ujung paling utara Sumatera. Primata ini dulu tersebar lebih luas, saat mereka ditemukan lebih ke selatan tahun 1800-an seperti di Jambi dan Padang.

Ada juga populasi kecil di Provinsi Sumatera Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan Danau Toba. 

Survei di Danau Toba hanya menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang (didefinisikan sebagai suaka margasatwa) dan Taman Nasional Gunung Leuser.

Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini dalam IUCN Red List dengan status kritis.

Survei tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatera yang masih hidup di alam liar. 

Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat laut dan timur laut, Sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. 

Program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi Orangutan Sumatera yang baru.

Harimau Sumatera 

Sumber Foto: WWF Indonesia

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah populasi Panthera tigris sondaica yang mendiami Pulau Sumatera dan satu-satunya anggota subspesies Harimau Sunda yang masih bertahan hidup hingga saat ini. 

Harimau Sumatera termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.

Harimau Sumatera memiliki ukuran terkecil dan warna bulunya paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya. Pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat dan juga berhimpitan. 

Harimau Sumatera jantan dewasa memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke kaki atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg. Tinggi dari jantan dapat mencapai 60 cm. 

Sedangkan, betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. 

Badak Sumatera

Sumber Foto: Yayasan Badak Indonesia

Badak Sumatera  (Dicerorhinus sumatrensis) yang juga dikenal sebagai badak berambut atau badak Asia bercula dua spesies langka dari famili Rhinocerotidae. 

Badak ini termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih hidup sampai sekarang meski populasinya sudah sedikit.

Badak Sumatera satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Dicerorhinus. Spesies ini jenis badak terkecil, meskipun masih tergolong hewan mamalia yang besar. 

Tinggi Badak Sumatera mencapai 112-145 cm sampai pundak, dengan panjang keseluruhan tubuh dan kepala 2,36-3,18 m, serta panjang ekor 35–70 cm. 

Berat badak ini dilaporkan berkisar antara 500 sampai 1.000 kg, dengan rata-rata 700–800 kg, meskipun sebuah catatan melaporkan mengenai seekor spesimen dengan berat 2.000 kg. 

Sebagaimana spesies Badak Afrika, Badak Sumatera memiliki dua cula; yang lebih besar adalah cula pada hidung, biasanya 15–25 cm, sedangkan cula yang lain biasanya berbentuk seperti sebuah pangkal. 

Sebagian besar tubuh Badak Sumatera diselimuti rambut berwarna cokelat kemerahan. Dalam sebagian besar masa hidupnya, Badak Sumatera merupakan hewan penyendiri, kecuali selama masa kawin dan memelihara keturunan. 

Gajah Sumatera

Sumber Foto: Yayasan WWF Indonesia

Gajah Sumatera (Elephas maximus) merupakan subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di Pulau Sumatera. 

Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah india. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. 

Meski demikian, Gajah Sumatera mamalia terbesar di Indonesia. Beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu. 

Herbivora 'raksasa' ini terbilang cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. 

Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. 

Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.  (*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top