Objek Wisata Pulau Kemaro Palembang

 

Nama Pulau Kemaro sendiri diberikan penduduk setempat karena tempat ini selalu kering dan tidak pernah berair. Bahkan, ketika air pasang, pulau terlihat seperti pulau yang terapung di atas air.

INDEPHEDIA.com - Jika Anda berkunjung ke Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pulau Kemaro salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi. 

Selain indah, pulau bersejarah ini atau kota pempek ini letaknya tidak jauh dari Jembatan Ampera, ikon Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Nama Pulau Kemaro sendiri diberikan penduduk setempat karena tempat ini selalu kering dan tidak pernah berair. 

Bahkan, ketika air pasang, pulau terlihat tersebut seperti pulau yang terapung di atas air.

Bagi para etnis China lokal yang tinggal di Kota Palembang, Pulau Kemaro sendiri tempat yang sangat spesial. 

Hal ini dikarenakan di pulau ini, terdapat pagoda dan kuil-kuil yang menjadi bukti sejarah keberadaan dari etnis China di daerah bekas Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam ini.

Selain itu, keberadaan pulau ini juga sangat berkaitan erat dengan sebuah legenda turun temurun.

Menurut legendanya, tempat ini muncul sebagai bukti cinta Putri Siti Fatimah (putri Raja Sriwijaya) dengan kekasihnya. 

Legenda Pulau Kemaro
Kisah Cinta Tan Bu An dengan Siti Fatimah


 
Legenda Pulau Kemaro dimulai akhir abad ke-14 Masehi ketika seorang pangeran dari China, Tan Bu An, datang ke Palembang untuk belajar. 

Setelah tinggal di sini selama beberapa waktu, ia jatuh cinta dengan seorang putri bernama Siti Fatimah. 

Cintanya kepada putri di Palembang ini membulatkan tekatnya datang ke istana untuk melamarnya. 

Orangtua Siti Fatimah memberikan persetujuan, namun dengan satu syarat Tan Bu An harus memberikan hadiah.

Tan Bu An kemudian mengutus bawahannya untuk kembali ke China dan meminta semacam hadiah dari ayahnya untuk diberikan kepada Raja. 

Segera setelah itu, utusan tersebut kembali ke Palembang dengan sayuran dan buah-buahan. 

Tan Bu An terkejut dan marah karena ia berharap ayahnya memberikan guci China, keramik dan uang.

Karena kesal, Tan Bu An melemparkan muatan kapal tersebut ke Sungai Musi. 

Dia tidak tahu kalau sebenarnya ayahnya menaruh uang di dalam sayuran dan buah-buahan tersebut. 

Karena dia malu setelah mengetahui tentang kesalahannya, ia mengumpulkan yang telah dibuangnya ke sungai. 

Sayangnya, Tan Bu An tidak pernah kembali lagi. Sebab, ia tenggelam bersama dengan sayuran dan buah-buahan itu.

Ketika Siti Fatimah mendengar tentang tragedi tersebut, dia berlari ke sungai dan menenggelamkan diri untuk mengikuti kekasihnya. 

Sebelum itu, dia meninggalkan pesan: "Jika Anda melihat sebuah pohon tumbuh di sebidang tanah di mana aku tenggelam, ini akan menjadi pohon cinta kita".

Sang putri lalu tenggelam dan sebidang tanah muncul di permukaan sungai. Masyarakat setempat percaya bahwa ini makam pasangan kekasih tersebut. 

Karena itu, mereka menyebutnya "Pulau Kemaro" yang berarti meskipun air pasang di Sungai Musi, pulau ini akan selalu kering.

Etnis Tionghoa setempat percaya bahwa nenek moyang mereka, Tan Bun An, tinggal di pulau ini. 

Oleh karena itu, daerah ini selalu ramai selama Tahun Baru China, terutama etnis China yang ada di Sumatera Selatan. 

Pada tahun 2006, pagoda dibangun sebagai tempat ibadah dan untuk acara lainnya. Pagoda ini memiliki 9 tingkatan.

Oleh masyarakat lokal Pulao Kemaro menjadi destinasi wisata yang cukup unik dan eksis apalagi di kalangan para remaja lokal. 

Hal ini dikarenakan adanya sebuah pohon yang dipercayai bisa membuat hubungan menjadi langgeng. 

Seperti cerita dalam legenda, pohon tersebut oleh masyarakat lokal diberi nama Pohon Cinta.

Fasilitas yang Ada di Pulau Kemaro
Pagoda 9 Lantai, Klenteng Hok Tjing Rio/Klenteng Kuan Im


Di kawasan wisata pulau Delta Musi ini, ada beberapa fasilitas, di antaranya sebuah pagoda 9 lantai. 

Pagoda dengan 9 lantai ini dibangun pada tahun 2006 dan merupakan salah satu bagian dari klenteng.

Selain itu, ada juga bangunan Klenteng Hok Tjing Rio yang usianya sudah sangat tua. 

Klenteng ini dibangun pada tahun 1962 dan klenteng Tionghoa yang sering disebut Klenteng Kuan Im.

Di depan klenteng, ada makam dari pangeran China yang bernama Tan Bun An dan makam putri raja yang bernama Siti Fatimah. 

Kedua orang itu yang namanya tersemat sebagai legenda pulau tersebut hingga saat ini.

Cara Menuju Pulau Kemaro

Apabila ke Palembang, Anda dapat mengambil penerbangan ke bandara internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, yang terletak di jalan Tanjung Api-Api. 

Bandara ini bahkan dapat diakses dari berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Cina, dan Thailand. 

Jarak antara bandara dan Sungai Musi sekitar 6 kilometer. Anda dapat naik taksi atau mobil sewaan dari bandara.

Di pusat Kota Palembang, sedikitnya ada 9 sarana transportasi publik termasuk bus kota dari berbagai tujuan yang dapat membawa Anda ke Ampera. 

Selain bus kota, Anda juga bisa naik angkot. Untuk rute perjalanan angkot bisa anda lihat agar tidak tersesat.

Dari Pasar 16 ataupun Benteng Kuto Besak, Anda dapat menggunakan perahu atau menyewa perahu cepat atau ketek. 

Perjalanan lewat Sungai Musi akan memakan waktu sekitar 30 menit dari Jembatan Ampera menuju Pulau Kemaro. Harga sewa perahu motor tersebut sekitar Rp150 ribu pulang pergi.

Untuk harga ini dapat berubah sewaktu-waktu. Sebab, ada juga sebagian wisatawan bisa mendapatkan harga sewa perahu yang lebih murah. 

Semua tergantung dari kepandaian Anda dalam menawar harga sewa. Satu perahu motor dapat mengangkut kurang lebih 10 orang.

Sembari menunggu keberangkatan, Anda dapat menikmati kuliner yang ada di sepanjang Sungai Musi ini, ataupun bisa belanja terlebih dahulu. 

Selama perjalanan Anda dapat menikmati pemandangan yang ada. Jangan lupa abadikan kenangan Anda di tempat ini. Wisata Anda akan seru. Selamat berwisata ke Pulau Kemaro! (***)


Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top