Tiga Spesies Orangutan di Indonesia, Primata Paling Cerdas di Muka Bumi

 
Sumber Foto: Florina via Beritasatu 

INDEPHEDIA.com - Orang utan (ditulis: orangutan) bukan berarti manusia yang hidup di hutan tetapi kera besar yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pohon.

Salah satu primata yang paling cerdas di muka bumi ini berasal dari hutan hujan Indonesia dan sebagian lainnya ditemukan di Malaysia. 

Kera besar ini disebut maias di Sarawak dan mawas di bagian lain Pulau Kalimantan dan Sumatera. 

Saat ini, hewan yang diklasifikasikan dalam genus Pongo itu hanya ditemukan di sebagian Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Orangutan satu-satunya genus yang masih hidup dari subfamili Ponginae yang secara genetik terpisah dari hominidae lain belasan juta tahun lampau.

Tiga Spesies Orangutan

Awalnya, orangutan dianggap hanya ada satu spesies. Namun, seiring waktu orangutan teridentifikasi menjadi tiga spesies, yang kesemuanya hidup di Indonesia.

Ketiga spesies tersebut, yakni Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis).
Orangutan Kalimantan, Sumatera dan Tapanuli jantan berbantalan pipi. (Sumber Foto: Wikipedia)

Tahun 1996, orangutan dibagi menjadi dua spesies, yaitu Orangutan Sumatera dan Orangutan Kalimantan dengan tiga subspesies.

Pada tahun 2017 di Pulau Sumatera juga teridentifikasi spesies ketiga, yakni Orangutan Tapanuli yang habitatnya berada di wilayah Batang Toru, di selatan Danau Toba. 

Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan spesies Orangutan Kalimantan.

Dari hasil penelitian, Pongo tapanuliensis lebih berkerabat dengan Pongo pygmaeus (Orangutan Kalimantan), dibandingkan dengan sesama spesiesnya Pongo abelii (Orangutan Sumatera).

Pendeskripsian Orangutan

Orangutan pertama kali dideskripsikan secara ilmiah tahun 1758 dalam Systema Naturae oleh Carolus Linnaeus sebagai H. troglodytes.

Pada tahun 1760 nama ini kemudian diganti menjadi Simia pygmaeus oleh Christian Emmanuel Hopp, murid Carolus Linnaeus.

Selanjutnya, nama Simia pygmaeus dinamai sebagai Pongo oleh Bernard Germain de Lacépède, seorang freemason dan naturalis Prancis.

Tahun 1827, naturalis Perancis, René Lesson, mengusulkan populasi orangutan di Sumatera dan Kalimantan merupakan dua spesies yang berbeda ketika dirinya mendeskripsikan Pongo abelii.

Berdasarkan bukti molekuler yang diterbitkan pada tahun 1996, Pongo abelii diresmikan sebagai spesies tersendiri pada tahun 2001.

Sementara, tiga populasi yang berbeda di Kalimantan ditingkatkan taksonnya menjadi subspesies (Pongo pygmaeus pygmaeus, Pongo pygmaeus morio dan Pongo pygmaeus wurmbii). (*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top