7 Objek Wisata di Aceh yang Menarik dan Wajib Dikunjungi

 

Saat ini Aceh telah berhasil bangkit kembali dan menata wilayahnya dengan seksama, termasuk juga di sektor pariwisata.

INDEPHEDIA.com – Aceh merupakan provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera dengan ibu kotanya Banda Aceh. 

Pasca bencana tsunami dahsyat yang terjadi di tahun 2004, sebagian wilayah di Aceh telah mengalami kerusakan, termasuk beberapa tempat wisata di Aceh.

Berjalannya waktu, saat ini Aceh telah berhasil bangkit kembali dan menata wilayahnya dengan seksama, termasuk juga di sektor pariwisata. 

Keindahan pantai, pulau, air terjun, dan pegunungan di Aceh telah banyak mendatangkan wisatawan untuk mengeksplore keindahan alam di daerah ini.

Di samping wisata alam yang mempesona, Aceh juga memiliki potensi wisata yang berbeda dari daerah dan pastinya menarik untuk dikunjungi. 

Berikut INDEPHEDIA.com kutip dan rangkum 7 objek wisata yang ada di Aceh, yang menarik dan wajib dikunjungi.

1. Tugu Nol Kilometer


Jalan-jalan ke Aceh tidak akan lengkap bila tidak mengabadikan momen, mengambil foto maupun video di Tugu Nol Kilometer. 

Daerah ini menjadi destinasi favorit untuk berswafoto dengan background tugu yang ikonik.

Tugu yang berlokasi di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Pulau Weh, Aceh ini, disebut-sebut sebagai titik nol Indonesia sehingga sayang untuk dilewatkan begitu saja.

2. Museum Tsunami


Peristiwa tsunami di tahun 2004 menjadi bencana alam yang sangat memilukan dengan banyaknya korban yang jatuh, demikian juga dengan bangunan dan berbagai fasilitas umum yang porak poranda.

Dalam Museum Tsunami di Jl. Iskandar Muda No 3, Sukaramai, Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini, terdapat beberapa ruangan yang menggambarkan betapa dahsyatnya bencana tsunami yang terjadi pada saat itu. 

Ruangan tersebut, antara lain Lorong Tsunami, Ruang Kenangan, Sumur Do'a, Lorong Cerobong, dan Jembatan Harapan.

Lorong Tsunami:
Lorong ini disebut sebagai space of fear yang menggambarkan bagaimana rasa ketakutan yang dialami oleh masyarakat Aceh saat tsunami melanda. 

Di lorong ini, kamu dapat mendengar kembali suara gemuruh air dan kucuran air sebagai gambaran ketika tsunami datang. Cahaya lorong yang remang dan gelap membuat suasana pun semakin mencekam.

Ruang Kenangan: Di ruangan ini terdapat kenangan terjadinya tsunami pada 26 layar monitor. 

Layar itu menggambarkan tanggal terjadinya tsunami, yaitu pada 26 Desember 2004. Setiap monitor akan menampilkan foto para korban tsunami dalam bentuk slide.

Sumur Do’a: Dengan tinggi ruangan mencapai 30 meter, terdapat lebih dari 2000 nama para korban tsunami berbentuk slider. 

Ruangan ini menyimpan makna filosofi dimana kamu diajak untuk mendo’akan para korban bencana tsunami menurut agama dan keyakinannya masing-masing.

Lorong Cerobong: Lorong cerobong memiliki design yang cukup unik dengan lantai yang berkelok-kelok dan tidak rata. 

Filosofi yang terkandung dalam ruangan ini mewakili kondisi masyarakat saat itu yang sedang dalam keadaan bingung dan panik mencari sanak keluarga yang hilang. 

Ruangan yang didominasi dengan lorong gelap ini nantinya akan menuju cahaya alami yang memiliki makna sebuah harapan untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Jembatan Harapan: Di ruangan ini terdapat 54 bendera dari 54 negara yang secara suka rela turut serta membantu masyarakat Aceh bangkit kembali membangun Aceh dengan berbagai jenis bantuan yang sangat berarti.

3. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid yang telah berdiri sejak tahun 1612 ini menjadi salah satu tempat wisata religi yang wajib dikunjungi ketika liburan ke Aceh. 

Masjid ini menjadi saksi dahsyatnya bencana tsunami dan menjadi salah satu tempat berlindung bagi warga Aceh kala itu.

Masjid Raya Baiturrahman merupakan ikon wisata Kota Aceh dengan tekstur bangunan yang megah dan kokoh dengan kubahnya yang didominasi warna hitam. 

Masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda ini dikelilingi oleh tujuh menara dengan masing-masing kubah hitam di atasnya.

Keberadaan kolam besar dengan pancuran layaknya Taj Mahal India di halaman depan membuat masjid ini terlihat semakin indah dan menakjubkan. 

Bahkan, situs Huffington Post memasukkan masjid ini sebagai salah satu masjid terindah dari daftar 100 masjid terindah di dunia.

Sementara Yahoo! menyebutnya sebagai salah satu dari 10 masjid terindah di dunia. 

Tentu hal ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi masyarakat Aceh dan Indonesia pada umumnya.

Selain berkunjung ke Masjid Baiturrahman, kamu juga bisa mencari souvenir unik di Pasar Aceh terletak di belakang masjid.  

Tak hanya itu, di sini kamu juga bisa mencicipi beberapa makanan khas Aceh yang banyak dijual di pasar tersebut.

4. Rumah Tradisional Aceh

Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. 

Tiga bagian utama dari rumah Aceh, yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). 

Sedangkan, 1 bagian tambahannya, yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga.

5. Rumah Cut Nyak Dien

Rumah Cut Nyak Dien merupakan tempat bersejarah yang bermanfaat bagi siapapun untuk mengenang  kembali peristiwa sejarah di masa lampau. 

Sosok pahlawan wanita Cut Nyak Dien dikenal tokoh yang berjuang melawan penjajahan Belanda di Aceh.

Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, juga bisa menjadi media untuk memupuk rasa cinta tanah air dan meneladani sikap patriotisme para pahlawan yang begitu tinggi. 

Destinasi wisata ini merupakan replika dari rumah Cut Nyak Dien yang telah terbakar di tahun 1896.

6. Pulau Mincau

Menyambangi Aceh jangan hanya mengunjungi tempat-tempat bersejarah saja. Aceh memiliki pesona alam yang juga menarik untuk dikunjungi, salah satunya Pulau Mincau. 

Mincau sebuah pulau kecil namun akan memberi arti mendalam bagi liburan para wisatawan yang mengunjungi objek wisata tersebut.

Keindahan Pulau Mincau tidak perlu diragukan lagi. Sebab, pulau yang berada di Teupah Barat, Simeulue, Aceh ini, pesonanya sudah merebak ke segala penjuru dunia, bahkan pernah dijadikan tempat syuting suatu produk dari Hawaii.

Pantainya yang cantik, memiliki pasir putih yang sangat bersih dan memanjakan mata. Air lautnya jernih berwarna biru dengan gradasi yang mampu meluluhkan hati. 

Kesempurnaan pesona Pulau Mincau seakan tidak bisa diwakilkan dengan sepatah kata pun.

Di Pulau Mincau, wisatawan dapat menikmati keindahannya dengan menyelami airnya yang jernih dan bersih.

Di sini, pengunjung juga bisa berselancar, bermain pasir ataupun hanya sekadar duduk-duduk sambil memejamkan mata meresapi suasana yang tenang dan mendamaikan jiwa.

Bila hendak berlibur ke pulau ini, disarankan wisatawan harus membawa kamera terbaik dan kamera bawah laut. 

Kamera itu agar bisa mengabadikan moment liburan dengan maksimal dan mampu mengambil gambar keindahan bawah laut Pulau Mincau dengan hasil yang memuaskan.

7. Pusat Latihan Gajah Saree

Seperti halnya Lampung, di Aceh juga terdapat pusat latihan gajah yang terletak di Kabupaten Aceh Besar. 

Keberadaan gajah-gajah di Aceh diketahui sudah ada sejak zaman dulu, bahkan pada masa kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda ada sekitar 40.000 pasukan gajah yang terlatih untuk keperluan militer.

Saat ini, Pusat Latihan Gajah Saree bertujuan melatih gajah-gajah untuk menghalau gajah liar yang ada di sekitar kawasan hutan. 

Selain itu, gajah juga dilatih untuk bermain sepakbola sebagai bentuk hiburan bagi wisatawan yang berkunjung di sini.

Bagi kamu yang ingin berkeliling di area sekitar, dapat memanfaatkan gajah tersebut untuk mendapatkan pengalaman wisata yang unik dan berkesan. (WS/R-04)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top