Catatan Redaksi: Naik Tiap Tahun, Bencana Kurangi Kunjungan Wisman ke Indonesia 2018

 

Kunjungan wisman pada 2014 sebesar 9,4 juta kunjungan, 2015 sebesar 10,2 juta kunjungan, 2016 sebesar 11,5 juta kunjungan, 2017 sebesar 14 juta kunjungan dan 2018 sebanyak 15,81 juta kunjungan wisman.

INDEPHEDIA.com - Trend kunjungan wisman ke Indonesia sejak 2014-2018 terus mengalami peningkatan. 

Secara berturut-turut kunjungan wisman pada 2014 sebesar 9,4 juta kunjungan dan 2015 sebesar 10,2 juta kunjungan.

Kemudian, 2016 sebesar 11,5 juta kunjungan, 2017 sebesar 14 juta kunjungan dan 2018 sebanyak 15,81 juta kunjungan wisman.

Selama November 2018, lima besar kunjungan wisman ke Indonesia berdasarkan negara didominasi oleh Malaysia sebesar 186 ribu kunjungan atau 16,23 persen dari total kunjungan November 2018. 

Kemudian, diikuti oleh Singapura sebesar 153 ribu kunjungan atau 13,41 persen, Timor Leste sebesar 142 ribu atau 12,37 persen, China sebesar 124 ribu atau 10,85 persen, dan Australia sebesar 97 ribu atau 8,5 persen.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang pada November 2018 mencapai rata-rata 60,19 persen atau naik 2,31 poin dibandingkan dengan TPK November 2017. 

Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama November 2018 tercatat sebesar 1,85 hari atau terjadi kenaikan 0,05 poin jika dibandingkan keadaan November 2017.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama Semester I 2017 melonjak sampai 23,53 persen. 

Jumlah wisman pada Juli 2017 menyentuh angka 1,35 juta. Angka itu mengalami kenaikan 30,85 persen dibandingkan Juli 2016 yang menyentuh angka 1,03 juta wisman. 

Selain itu, jumlah kunjungan wisman pada Juli 2017 juga meningkat 21,57 persen dibandingkan Juni 2017.

Secara kumulatif  jumlah wisman ke Indonesia pada periode Januari–Juli 2017 mencapai 7,81 juta kunjungan atau naik 23,53 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya dengan 6,32 juta kunjungan.

Sementara, jumlah wisman yang berkunjung melalui 19 pintu utama selama Januari-Juli 2017 mencapai  6,75 juta kunjungan. 

Sedangkan, jumlah wisman yang berkunjung di luar 19 pintu utama mencapai 1,07 juta kunjungan. 

Khusus Juli 2017, wisman yang melalui 19 pintu utama mencapai 1,14 juta, dan wisman yang berkunjung di luar 19 pintu utama sebanyak 208,99 ribu kunjungan.

Dibandingkan Juni 2016, jumlah kunjungan wisman reguler melalui 19 pintu utama pada Juli 2017 memang mengalami kenaikan 24,58 persen. 

Persentase kenaikan tertinggi ada di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta yang mencapai 107,23 persen.

Namun, kenaikan wisman di luar 19 pintu utama pada Juli 2017 juga sangat signifikan. Dari 64,53 ribu kunjungan pada Juli 2016, menjadi 208,99 ribu kunjungan pada Juli 2017. Kenaikannya sebesar 223,89 persen.

Selama Juli 2017, wisman yang berkunjung ke Indonesia melalui pos lintas batas (PLB) mencapai 170,70 kunjungan atau mengalami kenaikan 563,31 persen dibanding Juli 2016. 

Sedangkan, dibanding Juni 2017, wisman yang berkunjung melalui PLB mengalami kenaikan 4,87 persen.

Lonjakan kunjungan wisman juga mendongkrak tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berklasifikasi bintang. 

TPK Juli 2017 mencapai rata-rata 57,52 persen atau naik 3,75 persen dibandingkan Juli 2016 yang menyentuh angka 53,77 persen.

TPK pada Juli 2017 juga naik 6,50 persen dibanding Juni 2017 yang mencapai 51,02 persen. 

TPK tertinggi tercatat di Bali yang mencapai 72,32 persen. Sedangkan, TPK terendah tercatat di Sulawesi Barat sebesar 33,88 persen. 


Target Kunjungan 17 Juta Wisman
 
Pada tahun 2018, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI menetapkan target kunjungan wisman sebesar 17 juta wisman. 

Dari Januari-September 2018, Badan Pusat Statistik mencatat ada 11.929.542 kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia melewati jalur udara, laut, dan darat. 

Jumlah tersebut naik 11,81 persen dibanding jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 10,67 juta kunjungan.

Sedangkan, hingga Desember 2018 atau akhir tahun lalu, Indonesia dikunjungi 15,81 juta wisatawan mancanegara (wisman) atau naik sekitar 12,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam keterangan tertulis Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, di Jakarta, Minggu (3/2/2019) mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis jumlah kunjungan wisman ke Indonesia selama 2018 mencapai 15,81 juta. 

Jumlah itu mengalami kenaikan 12,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 berjumlah 14,04 juta kunjungan.

Pada bulan Desember 2018, total wisman yang berkunjung ke Tanah Air sebanyak 1,41 juta orang atau naik 22,5 persen dibanding Desember 2017 sebanyak 1,15 juta.

Menurut kebangsaan, kunjungan wisman ke Indonesia selama 2018 terbanyak dari Malaysia mencapai 2,50 juta (15,83 persen) dari total kunjungan sehingga berada di urutan teratas menggeser posisi wisman dari Tiongkok sebanyak 2,14 juta (13,52 persen).

Tercatat lima negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia pada 2018 adalah Malaysia sebanyak 2,50 juta kunjungan (15,83 persen).

Disusul Tiongkok 2,14 juta (13,52 persen), Singapura 1,77 juta (11,19 persen), Timor Leste 1,76 juta (11,15 persen), dan Australia 1,30 juta (8,23 persen) wisatawan.

Sementara itu, kunjungan wisman 2018 berdasarkan wilayah pasar, wisman dari ASEAN memiliki persentase kenaikan paling tinggi sebesar 20,60 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Kunjungan wisman dari wilayah ASEAN pada 2018 sebanyak 5,45 juta atau tumbuh 20,60 persen dibandingkan 2017 sebanyak 4,52 juta.

Sementara, wilayah Asia selain ASEAN sebanyak 5,84 juta atau tumbuh 14,11 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 5,12 juta. 

Untuk kunjungan wisman dari wilayah Timur Tengah sebanyak 226,9 ribu atau minus 6,13 persen dibanding tahun lalu sebanyak 284,4 ribu wisman. 

Dari wilayah Eropa sebanyak 2,008 juta atau tumbuh 1,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1,97 juta kunjungan. 

Untuk wilayah Amerika tercatat sebanyak 567,7 ribu atau tumbuh 5,71 persen dari tahun lalu sebanyak 537 ribu kunjungan.

Kunjungan wisman dari wilayah Oseania (Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Oseania lainnya) mencapai 1,57 juta atau tumbuh 4,43 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 1,50 juta.

Untuk wilayah Oseania, wisman Australia memberikan kontribusi terbesar sebanyak 1,3 juta atau tumbuh 3,52 persen dibandingkan tahun 2017 sebanyak 1,25 juta kunjungan.

Kunjungan wisman dari wilayah Afrika ke Indonesia pada 2018 tercatat sebanyak 88,6 ribu atau minus 2,82 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 91,2 ribu kunjungan.

Jumlah wisman yang berkunjung tersebut tidak mencapai dari target yang ditetapkan 17 juta sepanjang 2018. Namun, dari sisi pendapatan devisa, kontribusi sektor pariwisata selama 2018 diproyeksi menunjukkan kenaikan.

Menpar Arief Yahya mengestimasikan jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura (selain orang Indonesia) selama 12 bulan terakhir hampir mencapai 12 juta pax.

Rinciannya, meliputi 32 persen dari ASEAN minus Indonesia; 22 persen dari China-Hong Kong; 17 persen dari Asia-Pasifik; 14 persen dari Asia Tengah dan MEA, Afrika; sisanya dari Eropa dan Australia). 

Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu.

Artinya, peluang untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas. 

Sementara itu dalam program low cost carrier terminal (LCCT) juga diharapkan akan mendatangkan dampak positif. 

Bencana Gempa dan Tsunami Kurangi Kunjungan Wisman

Memang, sejak awal tahun 2018 beragam bencana menerpa sejumlah daerah tujuan wisata. Termasuk jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 yang menjadi pukulan telak bagi pariwisata Indonesia. 

Rentetan musibah tersebut, membuat banyak pelancong mancanegara membatalkan kunjungannya ke Indonesia, terutama dari negara pasar utama seperti Australia, Tiongkok, dan Jepang.

Salah satu bencana alam yang berpengaruh besar dalam kunjungan wisman ke Indonesia adalah gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada awal Agustus 2018. 

Dampak dari gempa Lombok, yaitu batalnya sekitar 100.000 wisman ke Indonesia dalam satu bulan, dan 80.000 orang yang cancel adalah cancel ke Bali.

Bencana alam serupa gempa bumi di Lombok pada 29 Juli 2018 tak terlalu berdampak terhadap kunjungan wisman. 

Hal itu karena proses pemulihan pascabencana yang bisa dilakukan dalam waktu seminggu. 

Tapi, tak ada yang menyangka, tanggal 5 Agustus terjadi gempa 7 SR, dan itu membuat cancelation-nya besar-besaran terjadi. Lebih dari 70 persen terjadi cancelation.

Saat itu, pembatalan kunjungan wisman ke Indonesia akibat bencana alam diprediksi mencapai 1 juta wisman. 

Saat bencana terjadi sebenarnya puncak kunjungan. Namun, kehendak alam tak terduga-duga. 

Ketika itu, diperkirakan Indonesia kehilangan sekitar 500.000 wisman. Atau dengan asumsinya Indonesia kehilangan 100.000 wisman perbulan, dari mulai bulan Agustus hingga Desember 2018.

Kemenpar menyebut, dari dampak bencana alam tersebut meski target kunjungan wisman tak tercapai, target devisa tahun 2018 masih tercapai. 

Pencapaian ini berdasarkan prediksi  kunjungan wisman dengan pengeluaran wisman rata-rata per hari. Secara devisa tercapai, target wisatawannya tercapai 16 juta.

Tak hanya bencana di Lombok, erupsi Gunung Agung, tsunami Palu serta tsunami di Selat Sunda akibat longsoran Gunung Anak Krakatau (GAK), di Provinsi Lampung dan Banten juga berpengaruh jumlah wisman sepanjang 2018.

Berbagai bencana yang terjadi di Indonesia mulai gempa, tsunami hingga erupsi sejumlah gunung berapi dinilai mengganggu kedatangan jutaan wisatawan mancanegara ( wisman) ke Indonesia. 

Ada sekitar satu juta wisman yang membatalkan berlibur di negeri ini. Pembatalan liburan di akhir tahun salah satunya karena bencana tsunami di Selat Sunda. 

Meski terjadi bencana, selama libur Natal dan Tahun Baru, jumlah kunjungan wisatawan masih tumbuh. Namun, pertumbuhan hanya sekitar 5 persen.

Untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2019 ini yang ditarget 20 juta orang, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, akan menerapkan strategi super "extra ordinary" sebagai jurus pamungkas. 

Jurus pamungkas tersebut mencakup tiga program yaitu Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal.

Border tourism diseriusi karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga. 

Negara tetangga memiliki faktor kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi di Indonesia.

Kedua, mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional dengan masyarakat di Tanah Air sehingga lebih mudah didatangkan. 

Ketiga, potensi pasar border tourism masih sangat besar, baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Papua Nugini, maupun Timor Leste.

Selain itu, menerapkan program tourism hub juga menjadi strategi. Wisman yang sudah berada di hub regional, seperti misalnya Singapura dan Kuala Lumpur, ditarik untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia. (as/red)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top