Ningkuk, Tradisi Hiburan dan Berkenalan Bujang-Gadis di Sumsel

 
Bujang-gadis di Musi Banyuasin (Muba), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), saat memainkan tradisi Ningkok. (Sumber Foto: Istimewa/Kumparan)

INDEPHEDIA.com - Ningkuk atau Ningkok/Ningko'an merupakan sebuah tradisi bermain selendang dengan iringan irama musik yang dilakukan oleh para bujang dan gadis di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Tradisi ini biasanya akan dilakukan di setiap ada warga yang hendak atau setelah melangsungkan acara-acara adat, seperti pernikahan, khitanan dan lainnya.

Namun, 'acara' Ningkuk/Ningkok lebih sering diadakan tuan rumah selaku si empunya hajat sebelum maupun setelah resepsi pernikahan.

Sejarah Ningkuk

Entah dari daerah mana yang memulai acara ini, namun Ningkuk atau Ningkok/Ningko'an sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan berkembang di kabupaten/kota di Sumsel.

Indephedia.com mencatat, tradisi Ningkuk setidaknya sudah ada di era 1970-an. Sebagai sarana hiburan dan perkenalan bujang dan gadis, tradisi ini diikuti oleh muda-mudi.

Meski acara Ningkuk sudah berkembang sejak lama, akan tetapi kini tradisi ini sudah jarang dilakukan dan hampir hilang.

Menjemput Gadis

Di masa-masa jayanya dulu, Ningkuk menjadi sarana hiburan dan perkenalan bujang-gadis yang menghibur.

Tak jarang di tradisi Ningkuk ada pasangan muda-mudi yang saling jatuh hati bahkan bertemu jodohnya hingga berlanjut ke pelaminan.
 
Acara Ningkuk, di Kabupaten Ogan Ilir (OI) misalnya, biasanya diselenggarakan pada malam hari selepas Isya'. 

Dulu, pihak tuan rumah mengutus muda-mudi untuk menjemput para gadis di rumah masing-masing dengan penerangan lampu Petromax.

Setelah meminta izin dengan orang tua si gadis, kemudian utusan dan gadis yang sudah dijemput melanjutkan perjalanan menjemput gadis lainnya.

Penjemputan para gadis ini kadang tak hanya satu desa, tapi juga terkadang para gadis dari dua atau tiga desa berdekatan yang sebelumnya sudah diundang untuk mengikuti acara Ningkuk.

Sementara, untuk bujangnya tidak dijemput namun datang sendiri ke kediaman di empunya hajat.

Setelah semua gadis sudah dijemput, lalu mereka menuju ke rumah si pengundang/empunya hajat untuk mengikuti Ningkuk.

Prosesi Ningkuk

Begitu semua bujang dan gadis terkumpul, dengan dipandu sepasang muda-mudi yang bertindak sebagai hakim, acara Ningkuk di mulai. 

Bujang dan gadis yang telah diundang ditempatkan dan duduk di satu lokasi, biasanya di ruang depan (ruang tamu) atau tengah jika yang hadir tidak muat di ruang depan.

Alat permainan ini berupa selendang dan musik. Begitu musik dari tape recorder atau CD diputar, mereka (bujang-gadis) menjalankan selendang.

Selendang itu dijalankan dan disalungkan di leher dari satu orang ke yang lainnya sembari diiringi irama musik. 

Saat lantunan musik berhenti --di stop operator---, maka selendang yang diedarkan juga berhenti diedarkan. 

Bagi yang memegang selendang saat musik berhenti itu maka akan mendapatkan semacam hukuman dari hakim, seperti berjoget berpasangan, berpantun, merayu lawan dan lain sebagainya. 

Tradisi Ningkuk ini biasanya selesai hingga tengah malam atau dini hari, tergantung durasi permainan Ningkuk yang diadakan. 

Selesai acara dan menyantap hidangan yang disediakan tuan rumah, para gadis yang sebelumnya dijemput tersebut diantar kembali ke rumah masing-masing. (as)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top