Diet Tak Makan Nasi Bisa Bikin Langsing, Kok Bisa? Ini Penjelasan Sains

 


INDEPHEDIA.com - Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, kebiasaan makan nasi telah menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Bahkan, ada anggapan tidak makan nasi sama saja dengan belum makan. Begitu perumpaaannya.

Tak hanya itu, kelebihan berat badan juga diidentikkan sebagai akibat dari pola makan yang berlebihan. 

Anggapan itu membuat sebagian orang memilih mengurangi atau menghindari nasi karena dianggap cara yang paling manjur untuk mengontrol berat badan. 

Benarkah demikian? Nyatanya, karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita tidak hanya ditemukan dalam nasi.

Karbohidrat sebagai salah satu sumber energi bagi manusia juga dapat ditemukan pada bahan makanan, lainnya seperti roti, biji-bijian, kentang, bahkan buah dan sayuran.

Selain itu, tubuh manusia juga dapat mengubah energi dari dua bahan bakar lainnya.

Kedua energi itu, yakni protein dan lemak, komponen karbohidrat ketika tubuh tidak memiliki cadangan karbohidrat yang cukup. 

Proses ini disebut glikonegenesis. Karenanya, karbohidrat, protein dan lemak secara kolektif sering juga disebut sebagai makronutrien.

Karbohidrat terbentuk dari rantaian komponen pembentuknya yang disebut sakarida. 

Semakin kompleks dan panjang rantaian karbohidrat ini, semakin banyak pula energi dan waktu yang di perlukan untuk memecahnya menjadi monosakarida.

Monosakarida gugus gula yang siap diserap tubuh manusia untuk dirubah menjadi energi.

Proses perubahan gula menjadi energi oleh tubuh diawali dengan memecahkan monosakarida melalui proses glikolisis.  

Senyawa piruvat akan terbentuk dan diubah menjadi senyawa bernama asetil-KoA melalui serangkaian reaksi enzimatik. 

Asetil-KoA inilah yang kemudian digunakan untuk memulai siklus asam sitrat atau dikenal juga sebagai Krebs’ cycle.

Layaknya mesin, ketika tubuh memerlukan banyak energi untuk berfungsi, kebutuhan akan bahan bakar akan meningkat. 

Gula akan diserap oleh tubuh ke dalam darah, untuk kemudian didistribusikan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan.

Apabila kandungan gula dalam tubuh menipis, cadangan energi yang disimpan dalam bentuk lemak akan segera direaksikan untuk memenuhi kebutuhan energi. 

Sebaliknya ketika kita sedang melakukan kegiatan yang kurang aktif, tubuh kita tidak terlalu membutuhkan banyak energi.

Reaksi glukolisis yang telah merubah makanan kita menjadi energi dalam kondisi ini tidak lagi di perlukan, dan energi yang berlebih akan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk lemak. 

Bertentangan dengan mitos yang beredar di masyarakat, lemak bukanlah yang berperan paling besar dalam menentukan berat badan seseorang.

Artinya, jika seseorang ingin menurunkan berat badan atau melangsingkan tubuh dengan tidak makan nasi namun makan makanan lainnya yang berkarbohidrat perbandingannya sama saja.

Jika langsing bentuk tubuh idaman Anda, kombinasi antara mengatur pola makan, olahraga dan gaya hidup yang tepat, tentu akan membantu harapan itu.

Lakukan kombinasi tersebut secara rutin untuk menjadi langsing, bukan mengurangi makan nasi berlebih yang justru kadang mendatangan penyakit. (SBB.IN/*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top