Tivoli Garden, Taman Bermain Terkenal di Copenhagen, Denmark

 


INDEPHEDIA.com - Jika kamu ke Denmark jangan tidak berkunjung ke Tivoli Garden, taman bermain terkenal di Kopenhagen. 

Taman di Denmark ini dibuka sejak 15 Agustus 1843 dan menjadi taman hiburan tertua kedua di dunia setelah Dyrehavsbakken di Klampenborg.

Tivoli juga dinobatkan sebagai taman musiman terpopuler kedua dunia, salah satu taman paling banyak dikunjungi di Skandinavia.

Taman bermain terkenal di Denmark ini masuk urutan keempat di Eropa setelah Disneyland Paris, Europa-Park Rust dan Efteling.

Taman hiburan ini pertama kali disebut "Tivoli & Vauxhall". Pendiri Tivoli, Georg Carstensen (lahir 1812 dan meninggal 1857). 

Ia memperoleh piagam lima tahun untuk menciptakan Tivoli dengan memberi tahu Raja Christian VIII bahwa "ketika orang-orang menghibur diri mereka sendiri, mereka tidak memikirkan politik". 


Sang raja memberikan Carstensen penggunaan sekitar 15 hektar (61.000 m²) glacis yang dibentengi di luar Vesterport (Gerbang Barat) untuk sewa tahunan. 

Sampai tahun 1850-an, Tivoli yang letaknya berada di luar kota, dapat diakses dari kota hanya melalui Vesterport.

Taman ini juga terkenal karena roller coaster kayunya, Rutschebanen, atau seperti beberapa orang menyebutnya Bjergbanen (The Mountain Coaster), dibangun pada tahun 1914. 

Uniknya, salah satu roller coaster kayu tertua di dunia itu hingga saat ini masih beroperasi dan digunakan untuk pengunjung.

Sejak awal, Tivoli mencakup berbagai objek wisata untuk memanjakan pengunjungnya, berupa bangunan dengan gaya eksotis orient imajiner, seperti teater, gerai band, restoran dan kafe dan taman bunga.

Kemudian, ada pula wahana hiburan mekanis, seperti komidi putar, kereta api pemandangan primitif serta banyak lagi lainnya. (WS.IN/*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top